Jangan Kuliah di Luar Negeri! Itu Sulit. Ini 5 Hal Terburuk Kalau Kalian Kuliah di Luar Negeri

Melanjutkan pendidikan tinggi merupakan idaman semua orang. Terlebih, melanjutkannya tidak di negera sendiri melainkan di negara orang. Sepertinya seru gitu dalam bayangan. Bisa belajar dengan orang-orang baru dengan bahasa baru, setelah lulus nanti gelarnya lain, beda sama orang-orang yang kuliah di Indonesia, merasa lebih spesial dibanding yang lainya. Tapi tahukah kalian pada kenyataannya kuliah di luar negeri itu jauh dari kata enak? Tidak Percaya?

Nih 5 hal yang bakal bikin kalian mikir ulang mau kuliah di luar negeri, simak baik-baik ya.

 

1. Bisa stress karena belajar adalah makanan sehari-hari

Ya, tujuan kalian ke sana memang untuk belajar. Tapi apakah melulu belajar setiap harinya hingga hilang waktu untuk mengerjakan hal lain? Banyak orang yang bilang kalau “Kuliah di luar negeri itu adalah ketika mengeluh aja ga ada waktu” Pernyataan itu memang benar adanya. Kalian benar-benar akan disibukkan dengan padatnya jadwal pelajaran, bahkan di hari-hari libur pun. Mau nangis kayak gimana juga tidak akan berguna. Kalian akan disibukkan dengan weekly assigment baik individu maupun kelompok yang sangat banyak. Tidak ada bedanya antara minggu biasa dengan minggu ujian. Walaupun misalnya ada minggu tenang, percaya deh tidak bakal ada tenang-tenangnya, beda kaya di sini.

 

2. Depresi bahkan banyak yang berniat bunuh diri

Setiap tahunnya kasus depresi bahkan yang berujung bunuh diri terus terjadi. Sudah bukan hal aneh lagi, terutama bagi para mahasiswa internasional. Banyak faktor yang mendasari mereka menyudahi hidupnya begitu saja. Hal seperti ini biasanya terjadi saat masuk ke masa kuliah yang ’berat’ dan para mahasiswa tidak paham bagaimana cara untuk menyesuaikan ritme kuliah yang begitu dinamis. Selain itu hal yang sangat berperan mempengaruhi antara lain homesickness, bahasa, dan merasa kesepian.

Menurut salah satu penelitian majalah kampus di luar sana menyebutkan bahwa kebanyakan mahasiswa khususnya mahasiswa internasional depersi karena pelajaran di sana. Pelajaran begitu memberatkan mereka, mereka tidak dapat mengimbangi gaya belajar pada umumnya di sana dengan cara belajar dirinya sendiri. Selain itu, yang menjadi pemicunya lainnya adalah bahasa. Di beberapa negara bahasa Inggris bukanlah bahasa yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari mereka. Mereka lebih menggunakan bahasa asli negeri mereka sendiri ketimbang menggunakan bahasa internasional. Itu menjadi momok besar yang sangat menakutkan bagi para mahasiswa internasional termasuk dari Indonesia.

Selain itu, dikala depresi mereka-mereka itu malah memilih untuk mengurung diri. Apalagi jika dari mereka tinggal di suatu tempat yang fasilitas seperti kamar mandi dan dapur ada di dalam kamar, hal itu lebih meniatkan lagi bagi mereka untuk tidak bersosialisasi. Ini merupakan hal yang paling rentan, disaat seorang diri dan depresi bisa memunculkan pemikiran ingin bunuh diri.

Fakta mengejutkan juga menyebutkan bahwa keinginan untuk bunuh diri meningkat pada saat winter. Kenapa saat winter? Karena pada saat itu sinar matahari sangat kurang sehingga memberi kesan kelabu yang senada dengan rasa menyedihkan. Pada winter juga biasanya membuat orang malas untuk beraktivitas, bawaannya tidak bergairah dan selalu ingin tidur. Hal tersebut bisa memicu bagi yang sedang depresi untuk bunuh diri.

 

3. Kuliah di luar negeri itu capek, apalagi dibiayai negara

Kuliah dibiayani negara itu sebuah beban besar. Negara sendiri tidak perduli bagamana kalian belajar di sana yang penting kalian bisa lulus tepat waktu dan kembali ke Indonesia. Tapi semudah itukah? Ada beban mental yang harus kalian pikul setiap hari. Bagaimana kalau kalian tidak bisa lulus tepat waktu dan harus mengulang, retake course bahkan sampai-sampai retake year? Padahal negara cuma membayar sesuai dengan masa studi.

Selain itu kuliah dibiayani negara bukan berarti kalian tidak akan keluar uang sepeserpun. Kalian harus punya dana juga yang cukup besar, antara lain untuk pengurusan paspor, visa, dan jaminan lain kalian hidup di sana. Lalu, bagaimana untuk yang tidak mampu? Tanya sendiri sana kepada pemerintah. Jadi, jangan anggap kuliah gratis di sana itu benar-benar benar gratis.

 

4. Makanan: antara kalian anak orang kaya atau mati kelaparan

Kalian bakal dituntut untuk masak makanan kalian sendiri di sana. Lalu bagaimana kalau yang tidak bisa masak? Semua kembali ke kalian, kalian anak orang kaya atau bakal kelaparan, cuma 2 pilihan itu saja. Kalau kalian kaya ya tentu bebas bisa pilah-pilih makanan apa saja sesuai mau kalian. Makanan di sana itu sudah pasti mahal mahal. Kalau yang pas-pasan tapi tetep tidak mau masak siap-siap kelaperan ya, paling minum air sama obat maag yang banyak. Sebagai perbandingan, coba pergi ke warteg bawa duit 7 ribu pasti kalian bisa kenyang. Atau lagi marak nih sekarang ini masakan padang serba 10 ribu. Tetep yakin mau keluar negeri, makan aja susah lho.

 

5. Pertanyaan besar yang timbul ketika kembali pulang, saya bakal jadi apa?

Jangan cuma ingin keren-kerenan kuliah di luar negeri. Sebelum memutuskan untuk studi di sana kalian sudah harus punya gambaran pada saat nanti pulang bakal jadi apa, jangan kosong sama sekali. Sebuah kerugian besar kalau tidak ada sedikitpun yang kalian bawa dari sana, sudah capek-capek, mahal-mahal tapi zonk. Ya, modal kerja berbekal gelar luar negeri tentu bisa, tapi yang rugi siapa kalau setelah lulus dari sana begitu-begitu saja tidak ada bedanya sama lulusan lokal dari negeri sendiri.

 

Cermati baik-baik dan bijaklah sebelum memutuskan. Tetap semangat.

Penulis: Andro Satrio SG

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

PHP Code Snippets Powered By : XYZScripts.com

HENRY

Event Hunter Indonesia

Hai Kak..
Ada yang bisa Henry bantu ?